Jumat, 05 September 2014

Bersama Kapolda Papua Barat Brigjen Pol Drs. Paulus Waterpauw



Brigjen Pol Drs. Paulus Waterpauw


Paulus Waterpauw lahir di Fakfak, 1963, usia 10 tahun dia kemudian pindah ke kota Surabaya. Di kota pahlawan ia tumbuh hingga remaja, sebelum kemudian melanjutkan pendidikan Akademi Kepolisian dan lulus tahun 1987. pangkat Inspektur dia bertugas di Poltabes Surabaya. Sebelum kemudian dipercaya menjabat sebagai Kapolsek Menteng Jakarta, Komandan Puskodal Polres Jakarta Pusat dan Wakapolresta Tangerang.
Lulus Sespim Paulus Waterpauw kembali ke Tanah kelahirannya dan di percaya menjabat sebagai Kapolres Mimika, saat disana kerap terjadi perang suku. tak lama setelah bertugas di Mimika, konflik dua warga pun reda.
Dua tahun menjabat Kapolres Mimika, sosok pria yang dikenal kerap turun ke tengah-tengah warga yang sedang berkonflik, kemudian dipercaya menjabat Kapolresta Jayapura. Di kota yang merupakan barometer Kamtibmas Papua, ayah dari tiga anak itu benar-benar mengimplementasikan paradigma Polri sebagai pengayom, pelindung dan pelayan masyarakat. Dia juga mengimplementasikan Perpolisian masyarakat, dimana, Polisi semakin dekat dan bersahabat dengan masyarakat. Hasilnya, situasi Kota Jayapura benar-benar kondusif. Kampung Nafri yang terkenal sangat rawan baik pemalakan maupun penghadangan dan penembakan, benar-benar jauh dari kesan angker. Paulus Waterpauw tidak segan-segan turun ke Kampung Nafri dan beraudensi dengan warga.
Hampir dua tahun menjadi Kapolresta Jayapura, Paulus Waterpauw kemudian dipercaya menjabat sebagai Direktur Reserse Kriminal Polda Papua.  hanya hitungan bulan, ia kemudian mendapat kepercayaan menjadi komandan Upacara pada peringatan HUT Kemerdekaan RI di Istana Negara Jakarta. Tiga tahun menjabat Direskrim, suami dari Roma Pasaribu itu kemudian di tarik ke Bareskrim Mabes Polri sebagai penyidik. Selanjutnya menjadi Widyasuara di Sespim Polri Lembang Bandung. Saat menjadi pengajar Sespim, pangkatnya kemudian menjadi Bintang.
Freeport kemudian bergolak dengan adanya aksi mogok kerja oleh ribuan karyawan. Ia lantas ditugaskan untuk memediasi kebuntuan manajemen Freeport dengan para karyawan, sebelum kemudian dipercaya menjadi Wakapolda. Dalam amanatnya Kapolda Papua usai prosesi pelantikan mengatakan, sertijab ini, merupakan hal yang mengandung makna terutama  didalam pengembangan karier dan tindak lanjut pentahapan regenerasi kepemimpinan di intitusi Polri. Sertijab ini juga  hendaknya dilihat suatu momentum untuk melakukan evaluasi terhadap tugas-tugas yang telah dilaksanakan,’’paparnya.
Kapolda juga menjelaskan bahwa sebagaimana diketahu Polda Papua sedang menghadapi tantangan dan permasalahan Kambtimas, seperti Aksi mogok kerja karyawan PT.Freeport Indonesia di timika, kasus kongres rakyat papua III dan beberapa kasus penembakan di Timika, maupun di puncak jaya hingga menimbulkan korban meninggal dunia. “Kondisi saat ini membutuhkan pola sikap, pemikiran dan tindakan seperti gejolak. Dan satu lagi yang harus dipikirkan adalah agenda Pemilukada Gubernur dan wakil Gubernur Provinsi Papua dan Papua Barat, yang tentunya akan berpengaruh terhadap Kambtimas,” tandasnya.
Maka dari itu, seluruh jajaran senantiasa meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan dalam mengantisipasi setiap perkembangan situasi yang sewaktu-waktu dapat berubah dengan cepat yang disebabkan oleh hal-hal kecil dan tindak rasional. Yang mana jika tidak diantisipasi dengan cepat akan berubah menjadi permasalahan yang besar mengganggu situasi keamanan nasional dan mengundang perhatian dunia Internasional.
Sedangkan khusus untuk Wakapolda yang baru Kapolda menyampaikan selamat datang kembali di lingkungan Polda Papua yang sebelumnya meninggalkan Papua pada 13 Februari 2009 untuk bertugas di Mabes Polri.   “Selaku pimpinan saya memberi apresiasi yang tinggi atas kepercayaan pimpinan Polri yang memberikan pangkat Jendral dan memberikan jabatan Wakapoda Papua yang bekerja sebagai pengendali pelaksana tugas-tugas dan staf satker jajaran Polda